Tentang Revolusi Mental

Standar

Tiba-tiba teringat pada slogan Pak Joko Widodo dalam setiap kampanye Pemilihan presiden (pilpres) beberapa waktu yg lalu, yaitu Revolusi Mental. Sebenarnya apa sih yang dimaksud dengan revolusi mental? Walaupun saya belum sempat membaca tulisan beliau yang dimuat di kolom opini harian Kompas, tapi saya mencoba untuk menggali sesuai pernyatan-pernyataan yang sering diucapkan oleh beliau dan tim suksesnya.
Pada dasarnya saya memandang revolusi mental sebagai upaya untuk membangun manusia dari dalam melalui pendidikan. Namun disini pendidikan tak sekedar apa yang diajarkan dalam bentuk pelajaran seperti di sekolah-sekolah. Awalnya yang ingin dibentuk adalah mindset manusia dan cara pandang terhadap diri sendiri dan orang lain. Bagaimana menanamkan mindset bahwa manusia Indonesia mampu bersaing dan memiliki integritas tinggi.
Sebagai contoh yang paling sering digunakan adalah ketika orang Indonesia berada di luar negeri maka dia tidak akan buang sampah sembarangan, tapi ketika kembalo ke Indonesia kebiasaan buang sampah sembarangan kembali pula. Kita disini tidak berbicara soal regulasi larangan buang sampah sembarangan, kita punya aturan dengan denda yang cukup besar, namun perilaku tetap terjadi. Lalu apa? Sikap dan perilaku dari manusia itu sendiri yang harus diubah. Itulah sederhananya tentang revolusi mental.
Sebelum istilah revolusi mental bergaung saya lebih mengarahkan pada istilah membangun manusia. Dalam proses pembangunan bangsa saya lebih sepakat pada pembangunan manusia sebagai prioritas utama. Kemudian pembangunan infrastruktur mengikuti. Kenapa pembangunan manusia menjadi penting? Kita harus sadar bahwa potensi sumber daya manusia di Indonesia itu besar.
Kita harus mampu belajar dari negara-negara yang tidak menjadikan sumber daya alam sebagai hal utama. Ketika kita masih berkutat dengan sumber daya alam yang melimpah, tapi kita lupa soal sumber daya manusianya. Akibatnya sumber daya alam kita diambil oleh negara yg memiliki sdm lbh baik dari kita.
Negara ini harus disadarkan bahwa sumber daya manusia musti jadi prioritas utama. Tidak sekedar mengurusi kekayaan dari sumber daya alam, namun kita lupa pada kekayaan sumber daya manusia yang melimpah.
Di sisi lain pembangunan manusia melalui pendidikan yang berkualitas harus bisa meningkatkan daya saing manusia Indonesia. Masyarakat Indonesia harus ditanamkan mindset bahwa kita mampu bersaing bahkan mampu melampaui masyarakat dunia. Sudah banyak yang membuktikan, dan sikap tersebut harus banyak-banyak ditularkan. Mengingat tahun 2015 akan diberlakukan masyarkat ekonomi asean. Sehingga kita harus mampu bersaing dengan sehat.
Untuk mewujudkan persaingan dengan sehat itu harus ditambah pula mengenai integritas. Jangan sampai ketika manusia mendapat pendidikan yang berkualitas tapi tidak diimbangi dengan integritas akan buruk jadinya. Integritas menjaga kita agar tetap pada jalur yang semestinya, tidak melenceng ke kiri atau ke kanan.
Itu sekiranya sedikit pandangan saya soal revolusi mental atau dalam istilah saya pembangunan manusia. Indonesia yang beragam menyimpan banyak kearifal lokal yang memuat nilai-nilai yang baik. Mari kita lestarikan dan jaga demi mewujudkan Indonesia yang sejahterah dan berintegritas.
Salam!

@FanYoga
27-07-2013 00:33 WIB

Catatan Malam 3 – ‘Rasa’

Standar

Yah, mungkin lama untuk bisa mengungkapkan sebuah rasa. Manusia hanya bisa menebak tanpa tahu apa yg sebenarnya terjadi. Namanya juga perasaan, tampil misterius penuh tanda tanya. Namun dibalik itu semua, perasaan tetaplah rasa yang hanya mampu dirasakan.

Kadang manusia bingung mencari jawaban soal rasa. Kadang manusia hanya menganggap itu sebagai hal yang adsurb. Tapi kadang manusia menikmati rasa. Karena rasa adalah segalanya.

Lalu manusia hanya mampu menerka, mengira dan menafsirkan dari rasa itu. Masing-masing boleh berbeda pendapat soal rasa. Karena pengalaman menikmati rasa itu pasti berbeda. Tak heran jika rasa itu terkesan adsurb.

Lalu, mengapa manusia memilih mengungkapkan rasa? Rasa adalah bagian dari ekspresi. Ekspresi dari manusia adalah sebuah tindakan. Maka untuk melihat sebuah rasa, lihatlah dari tindakan manusia. Suka, senang, sedih, terluka, pahit, manis, bahagia, semua itu adalah rasa.

Nikmatilah rasa sebagaimana kau mengekspresikan rasa itu.
Salam!

Catatan Malam 2 – Peran Ganda

Standar

Hah,,
Kembali lagi kepada rutinitas tulis menulis. Entah kenapa bisa muncul dan tenggelam ya. Itu unik sih. Bisa jadi males juga.

Kali ini saya sedang melalui proses yang bisa dibilang cukup unik. Menjadi pengamat dan pelaku dalam satu waktu. Bukan hal yang mudah menjalani keduanya.

Apa penjelasannya? Begini, saat ini saya sedang mengamati bagaimana konstruksi realitas yang dibuat oleh media terhadap suatu peristiwa. Disisi lain saya juga harus menkonstruksi sebuah peristiwa menjadi sebuab wacana.

Membingungkan? Pelaku dan pengamat bisa jadi merupakan dua hal yang berbeda. Keduanya terpisah secara peran dan tindakan. Namun, menjadi sebuah persamaan ketika dikorelasikan dengan informasi.

Informasi menjadi titik tekan yang penting. Karena kedua peran itu adalah menyusun dan menafsirkan realita peristiwa. Nah, disini cukup rawan melihat ternyata saya bisa mengarahkan kemana opini publik akab berjalan.

Wah, kok mengarah ke teori ya? Okelah yang jelas itu dua hal yang saling berkaitan dan kontradiktif. Peran ganda itu yang sedang saya jalankan.

Selamat malam!
Salam!

Catatan Galau 2 – penyesalan dan penerimaan

Standar

Kadang menyesal kalau melihat apa yang terjadi di masa lalu. Kenapa malam itu harus kusampaikan semua tentang perasaanku. Seharusnya aku tahu, aku gag mungkin untuk menyampaikan itu.

Skenario apa yang sedang Kau pilihkan buatku? Sekarang setelah semua terjadi membuat hubungan yang dulu pernah terjalin dengan baik menjadi seakan hancur. Apa itu takdir-Mu?

Iya, aku menerima itu semua sebagai skenario yang indah. Skenario yang sampai sekarang tidak pernah aku mengerti apa maksudnya. Salahkah aku bertindak seperti ini Tuhan? Hamba hanya seorang yang kecil dan hina. Tak berharap menjadi yang mulia.

Menerima, itu sederhana namun sulit. Dan itulah realitanya. Mimpi itu indah, dan hidup di alam mimpi merupakan sebuah utopia. Setidaknya kita harus berusaha. Dan jawaban tetap ada ditangan-Nya.

Catatan Malam 1 – Prioritas

Standar

Akhir-akhir ini sedang belajar mengenai prioritas. Harusnya sih udah dari dulu ya. Tapi ini sedikit berbeda. Bedanya sekarang adalah soal tugas kuliah yang menumpuk pada satu waktu dan sebagian besar merupakan tugas kelompok dengan orang-orang yang berbeda di tiap kelompoknya.

Huu..
Mungkin terdengar sedikit mengerikan bagi yang belum terbiasa, dan itu memang mengerikan. hehe. Disini kita belajar bagaimana mengatur waktu, memberi prioritas pada tugas mana yang harus diseleseaikan terlebih dahulu. Yang paling susah dalam hal ini adalah ketika semua meminta untuk bertemu dalam waktu yang hampir bersamaan. Mau pilih yang mana?

Bagi sebagian orang akan memilih tugas yang dirasa lebih berat atau lebih ringan. Masing-masing mungkin berbeda. Setidaknya kita harus memilih mana yang lebih banyak membutuhkan kita disitu. Kalau semua butuh kita gimana? Berarti kamu orang yang keren banget. hehe. Bisa jadi kita akan mengambil pilihan yang di dalam kelompok tersebut kita mendapat tanggung jawab yang besar.